Kolom Editorial : Guru Bukan Beban Negara, Melainkan Penopang Peradaban
( Pemimpin Redaksi Majalah Pendidikan Motekar )
Beberapa hari terakhir, ruang publik dihebohkan oleh potongan pernyataan yang viral di media sosial. Disebut-sebut berasal dari Menteri Keuangan melalui teknologi AI, pernyataan itu menyinggung bahwa guru adalah beban negara. Walau kemudian diklarifikasi bukan pernyataan resmi, kata-kata tersebut sudah terlanjur menimbulkan gelombang reaksi dari berbagai kalangan.
Di mata masyarakat, guru bukan sekadar profesi, melainkan simbol pengabdian. Mereka hadir di ruang-ruang kelas pelosok negeri, mendidik anak bangsa dengan segala keterbatasan fasilitas, bahkan sering kali dengan kesejahteraan yang jauh dari kata layak. Menyebut guru sebagai beban sama artinya dengan mengabaikan peran vital mereka dalam membentuk generasi penerus bangsa.
Luka Psikologis dan Wibawa yang Tercederai
Bagi para pendidik, narasi ini menimbulkan luka batin. Bagaimana tidak? Ketika dedikasi mereka dipersempit hanya pada soal anggaran, seakan-akan jerih payah mereka tak bernilai. Di sisi lain, wibawa guru di mata murid maupun orang tua bisa tergerus jika opini publik yang berkembang terus menyudutkan profesi mulia ini.
Kegaduhan di Ruang Publik
Kontroversi tersebut juga menimbulkan polarisasi di masyarakat. Ada yang menilai guru memang terlalu bergantung pada anggaran negara, tetapi lebih banyak yang membela dengan tegas bahwa pendidikan adalah investasi, bukan beban. Perdebatan sengit ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kehati-hatian dalam berkomunikasi, terlebih menyangkut profesi strategis seperti guru.
Momentum untuk Refleksi
Meski menyakitkan, kejadian ini bisa menjadi momentum. Guru, organisasi profesi, dan pemerintah perlu duduk bersama menegaskan kembali bahwa pendidikan tidak boleh dipandang sebagai pengeluaran semata, melainkan modal pembangunan bangsa. Jika negara ingin maju, maka investasi terbesar justru harus diberikan kepada guru, karena dari tangan mereka lahir para pemimpin, ilmuwan, hingga penggerak ekonomi.
Penutup
Kontroversi ini seharusnya tidak membuat semangat guru melemah. Justru saatnya memperjuangkan martabat profesi guru agar tidak lagi direduksi menjadi sekadar angka dalam laporan anggaran. Guru bukanlah beban negara. Guru adalah penopang peradaban. Tanpa mereka, cita-cita Indonesia Emas hanyalah mimpi di atas kertas.

Komentar
Posting Komentar