Editorial: Ketika Kepedulian Mati di Balik Pagar Rumah Tetangga

Oleh : Ukon Jamiat (Pemimpin Redaksi Majalah Pendidikan Motekar)

Kabar dari Kendal beberapa hari lalu menyayat hati siapa pun yang mendengarnya. Seorang ibu, Setianingsih (51), ditemukan meninggal dunia dalam kondisi membusuk di rumahnya sendiri. Yang lebih memilukan, dua anaknya bertahan hidup hanya dengan air putih selama hampir sebulan tanpa ada satu pun tetangga yang menyadari.

Peristiwa ini bukan sekadar kisah tragis dari sebuah desa di Jawa Tengah — ini adalah cermin retak dari kehidupan sosial kita hari ini. Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, kepedulian antarwarga justru semakin menipis. Kita begitu sibuk menatap layar, hingga lupa menengok pintu rumah sebelah.

Ironisnya, keluarga Setianingsih dikenal sebagai warga yang tampak “baik-baik saja.” Tidak ada tanda kesusahan, tidak ada permintaan tolong. Namun di balik tembok itu, dua anak kecil sedang berjuang melawan lapar dan kesepian. Dan baru ketika bau busuk tercium, barulah perhatian muncul.

Kita perlu bertanya: bagaimana mungkin tragedi seperti ini terjadi di tengah masyarakat yang katanya gotong royong dan penuh empati? Apakah rasa peka dan peduli kini hanya menjadi slogan dalam acara desa dan postingan media sosial?

Editorial ini bukan untuk menyalahkan siapa pun, melainkan sebagai tamparan kesadaran. Bahwa kepedulian sosial bukanlah urusan aparat, bukan pula tanggung jawab media. Ia adalah kewajiban kita bersama sebagai manusia yang hidup berdampingan.

Setianingsih mungkin telah pergi, tetapi kisahnya meninggalkan pesan mendalam: jangan biarkan pagar rumah menjadi batas hati kita. Menyapa tetangga, menanyakan kabar, atau sekadar mengetuk pintu bisa jadi penyelamat bagi seseorang yang sedang diam-diam berjuang sendirian.

Di balik tragedi ini, Motekar mengajak kita semua untuk menyalakan kembali nilai kemanusiaan yang mungkin mulai padam — karena sejatinya, bangsa yang besar bukan diukur dari kemajuan kotanya, melainkan dari hangatnya kepedulian antarwarganya.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Edufair SMPN 3 Cileunyi: Bantu Siswa Kelas 9 Tentukan Pilihan Masa Depan

Penutupan P5 di SMP Negeri 3 Cileunyi: Siswa Unjuk Karya dalam Kegiatan Kewirausahaan "My Handmade, My Money"

SMPN 3 Cileunyi Gelar Kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional 2025 : Wujud Nyata Kepedulian terhadap Lingkungan