Menghadapi Libur Akhir Tahun, Pemerintah Ingatkan Orang Tua Waspadai Tren Baru dalam Pola Aktivitas Anak


Oleh : Ukon Jamiat 

Pemimpin Redaksi Majalah Pendidikan Motekar 

Memasuki akhir tahun, ritme kehidupan masyarakat Indonesia mulai berubah. Jalan-jalan utama dipadati kendaraan menuju pusat perbelanjaan dan objek wisata, sementara sekolah-sekolah memasuki masa libur semester ganjil. Di tengah meningkatnya mobilitas masyarakat inilah pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 14 Tahun 2025 yang memberi panduan mengenai kegiatan murid selama libur Natal dan Tahun Baru.

Edaran tersebut muncul pada saat keluarga Indonesia menghadapi perubahan pola aktivitas anak yang cukup signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, pemanfaatan gawai oleh anak meningkat tajam, terutama selama libur panjang. Data dari sejumlah lembaga perlindungan anak menunjukkan bahwa penggunaan internet selama masa liburan bisa meningkat hingga dua kali lipat. Kondisi ini kemudian diiringi naiknya kasus perundungan siber, paparan konten negatif, hingga penipuan digital yang menyasar anak-anak.

Di sisi lain, interaksi langsung antara anak dan orang tua cenderung menurun akibat kesibukan pekerjaan dan tingkat mobilitas yang tinggi di kota-kota besar. Liburan kemudian tak jarang menjadi masa ketika anak dibiarkan bermain gawai lebih lama, sementara orang tua disibukkan oleh aktivitas masing-masing.

Melihat fenomena ini, pemerintah menekankan pentingnya menjadikan liburan bukan sekadar waktu senggang, tetapi ruang pembinaan keluarga. Melalui edaran tersebut, sekolah diminta tidak memberi tugas atau proyek liburan yang membebani murid, terutama yang membutuhkan biaya tambahan atau penggunaan gawai intensif. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi liburan sebagai masa pemulihan setelah satu semester penuh kegiatan belajar.

Selain meniadakan beban akademik, edaran menekankan pentingnya mengajak anak terlibat dalam aktivitas keluarga yang sederhana namun bermakna. Banyak anak kini tumbuh dalam lingkungan yang lebih akrab dengan layar ketimbang percakapan langsung. Karena itu, kegiatan seperti memasak bersama, berdiskusi ringan, merapikan rumah, atau bermain permainan tradisional dianggap mampu mendekatkan kembali hubungan antaranggota keluarga.

Pemerintah juga memperingatkan meningkatnya potensi risiko selama libur panjang. Perjalanan menuju lokasi wisata, keramaian pusat kota, hingga perubahan cuaca ekstrem menjadi faktor yang perlu diperhatikan orang tua. Di sejumlah daerah, fenomena banjir dan tanah longsor yang kerap terjadi di akhir tahun mendorong pemerintah mengingatkan pentingnya mengenali jalur evakuasi, nomor darurat, hingga prinsip dasar keselamatan.

Sektor digital bukan satu-satunya aspek yang menjadi perhatian. Pemerintah melihat bahwa keterlibatan anak dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar mengalami penurunan. Aktivitas seperti menghadiri kegiatan keagamaan, berpartisipasi dalam olahraga lingkungan, atau mengikuti latihan seni tradisional semakin jarang dilakukan. Melalui edaran ini, pemerintah mendorong kembali partisipasi anak dalam kegiatan komunal tersebut untuk menguatkan aspek karakter dan sosial.

Bagi keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus, edaran memberikan panduan khusus agar rutinitas tetap terjaga selama liburan. Pemerintah menilai konsistensi rutinitas menjadi faktor penting bagi kestabilan emosi dan perkembangan anak.

Sementara itu, sekolah diminta menjaga keamanan aset pendidikan melalui penjadwalan piket petugas selama liburan. Kanal komunikasi dengan orang tua juga diharuskan tetap tersedia untuk mengantisipasi kebutuhan informasi atau laporan terkait keselamatan anak.

Edaran ini pada akhirnya menyoroti persoalan yang lebih luas: dinamika baru kehidupan keluarga Indonesia di tengah perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Liburan tidak lagi hanya dipengaruhi oleh kalender akademik, tetapi juga oleh pola konsumsi digital, kondisi ekonomi keluarga, hingga tren wisata dan media sosial.

Melalui panduan yang dikeluarkan pemerintah, libur akhir tahun diharapkan dapat menjadi periode yang lebih aman, terkendali, dan produktif bagi anak. Dalam situasi masyarakat yang terus berubah dengan cepat, pesan utama edaran ini sebenarnya sederhana: liburan adalah waktu untuk kembali memperhatikan anak—baik dari sisi keamanan, perkembangan, maupun kebutuhan emosionalnya.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Edufair SMPN 3 Cileunyi: Bantu Siswa Kelas 9 Tentukan Pilihan Masa Depan

Penutupan P5 di SMP Negeri 3 Cileunyi: Siswa Unjuk Karya dalam Kegiatan Kewirausahaan "My Handmade, My Money"

SMPN 3 Cileunyi Gelar Kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional 2025 : Wujud Nyata Kepedulian terhadap Lingkungan